“APES”, ya.. pas banget kata ini buat aku
sekarang. Kenapa aku sial banget. Kenapa di tahun terakhir bangku SMA ini aku
harus bareng “dia”, dia yang mesti-selalu-melulu-alaways buat kamu cemburu,
marah sama aku. Kenapa takdir aku siaaaaall banget. Aku cuma gamau nyalahin
tuhan yang udah buat garis takdir hidupku. Dia udah seperti racun dalam
hubunganku denganmu sayang. Tiap kali kamu denger “dia”, apalagi bareng aku
entah hal apapun itu, seperti racun tadi.. semanis apapun hubungan kita saat
ini pasti langsung jadi busuk, beracun, “terkontaminasi” olehnya.
Ya,
memang benar. Tahun ini aku harus duduk sekelas dengannya. Praktis! Setahun ini
pula aku harus melayani semua rasa cemburumu padaku. Makanya pas banget kata
apes buatku saat ini. Tulisan ini aku buat pula sesaat setelah kamu cemburu
padaku, ingatkah kamu pada hari ini, tanggal ini saat kutuliskan cerita ini?
Bagaimana reaksi cemburumu padaku? Aku sudah lelah, aku capek, sebenarnya. Tapi
rasa lelah ini sebisa mungkin tak kutunjukkan padamu. Rasa lelah yang terus
mengahantamku setiap kali kamu cemburu padaku. Lagi - lagi cemburu karena
’dia’. Kenapa sih harus dia, dia, dia? Kamu ga pernah ngerti, aku sama dia ga
ada apa - apa. Bahkan sampai tulisan ini kubuat, aku sudah menjadi “musuh”,
bukan lagi teman dimata teman kelasku. Bagaimana ini terjadi? Ya, aku
membelamu, aku membela rasa cemburumu. Rasa cemburumu pada’nya’ yang kemudian
merambat menjadi kepada kelasku. Salahkah aku punya teman? Hingga tiap aku main
dengan teman kelasku kamu harus selalu cemburu? Apakah teman kelas selalu kau
identikkan dengan ‘dia’? Udahlah honey, sungguh aku udah capek banget.
Aku
memang mewajarkan rasa cemburu selalu membumbui hubungan kita. Tapi untuk kali
ini rasa cemburumu diikuti dengan ‘reaksi’mu yang sungguh luar biasa
berlebihan. Tiap kmau cemburu kamu ga pernah mau bilang. Kamu menuntutku agar
aku harus mengerti dengan semua arti tingkah lakumu, termasuk rasa cemburumu.
Tiap kamu cemburu, aku harus siap melayani semua smsmu yang bernada males,
singkat, ga enak banget di hati. Hehe,
ndak, iya, yawes, oh, semua kata itu harus aku terima imbas dari rasa
cemburumu. Sedangkan aku? Seolah aku tak boleh membalasmu, seolah aku harus
menerima sikapmu seperti itu. Bahkan jika aku lakukan hal serupa padamu kau pun
membalasnya. Ya, kesimpulannya SELALU HARUS AKU YANG MENGALAH PADAMU, sedangkan
kamu bisa seenaknya mau marah kapan aja padaku. Tiap kamu cemburu aku seperti
musuh bagimu. Kata ‘HEHE’ selalu aku sisipkan di tiap smsku padamu biar suasana
ini agak mencair, ga semakin membeku atau bahkan memanas yang memungkinkan akan
berujung pada pertengakaran. Ukh!
Aku
juga punya rasa cemburu, do you know it?
I hope so. Aku juga cemburu tiap kamu main sama temenmu. Mesti terlintas
dalam benakku ‘kenapa bukan aku yang lagi
main sama kamu sekarang?’ yaa tapi aku harus bisa membagi waktumu antara
denganku dan dengan temanmu. Sepertinya dalam hidupmu kan teman nomer satu, ya
nggak? Tanpa teman hidup ini ga bakal maju, aku juga ngerti kok. Tapi kenapa
kalo aku berbeda? Seolah aku tak boleh memiliki teman, bahkan teman kelas
sekalipun! Kamu ngerti ga? Sekarang aku udah kelas 3 SMA, artinya tahun
terakhir aku duduk di bangku sekolah, bentar lagi ujian. Berart sebelum ujian
datang aku disibukkan dengan berbagai macam pelajaran tambahan, les ini itu,
try out, dsb. Aku harus menjalani ini semua tidak sendiri, tetapi sama teman,
khususnya teman kelas. Bagaimana ini? Sedangkan kamu tiap aku sama temen kelas kamu cemburu, aku
harus menerima sikap cemburumu lagi? Mengetilah sayang, aku capek, aku pingin
meluapkan semua emosiku tapi entah kemana, pada siapa. Aku cuma gamau marah ke
kamu, aku gamau banget meneriakkan semua luapan emosiku padamu, tetapi pada
siapa lagi? Sedangkan kamu selalu saja membuatku marah.
Kejadian
hari ini cukup bikin down, jadi males
banget mau sekolah. Udah ilang semangat, patah
asa sedangkan ujian harus kuhadapi di depan mata. Bukan semangat yang aku
dapat, lelah iya. Aku butuh banget penyemangat, aku butuh mood booster, aku butuh itu aku butuuuuuuhh bangeeett. Kalo semangatku
ilang gimana masa depanku? Gimana rencana kita bakal hidup bedua? Semuanya
ANCUR Cuma gara - gara dia? Aku gamau banget. Ayo dong ilangin reaksi
berlebihan kamu itu, cemburu siih boleh tapi jangan gini caranya dong. Aku juga
cemburu, malah kalo kamu tau cemburuku lebih sering darimu, tapi aku tetep jaga
perasaanmu, jaga hubungan kita. Sering aku pendam rasa cemburu ini, aku tahan
sendiri aku telan sendiri malah jangan sampai kita nikmati berdua pil pahit
ini. Coba kamu pahami ini. Bukannya aku mau
main enak sendiri, aku mau pacaran kita berjalan mulus. Kenapa Cuma gara
- gara dia semua harus berantakan? Emang sulit banget ya balikin rasa percaya
itu.. Trust is important, kepercayaan
itu seperti barang pecah belah, “MEMECAHKAN BERARTI MEMBELI” kalo udah pecah
susah kan gantinya? Meskipun bisa disatuin lagi pake lem tapi ga sekuat awal
sebelum pecah kan? Ya, rasa percayamu padaku saat ini mungkin bisa dianalogikan
seperti gelas kaca yang pernah jatuh pecah, kemudian saat ini sudah berdiri
kembali dengan beratus - ratus lem yanng merekatkan semua bagian - bagian yang
sudah pernah ‘jatuh’ dan ‘pecah’. Tapi aku bakal jadi ‘lem’ yang super duper
kuat banget sampe gelas ini bakal menyatu hingga mendekati kata sempurna.
Andai
saja kamu tau curahan hatiku ini, andai saja kamu baca ini, andai saja kamu
bisa memahami ini, aku ingin tetap bersamamu.. meskipun cobaan seperti ini
menghadangku, aku tetap menerimamu apa adanya, dengan semua baik burukmu,
begitupun aku yang memilki buruk pula. Semoga saja kamu bisa baca ini,
dikemudian hari :*
I’m
stay with you, however you are.
Are
you gonna miss me too?
I think this is one of the most vital information for me.
ReplyDeleteAnd i'm glad reading your article. But should remark on few general things, The site style is perfect, the articles is really great : D. Good job, cheers
Also visit my web blog :: sahabatbola.com