J-A-N-C-O-K, apa sebenernya makna 6 huruf yang sering terdengar di
telinga anda ini mungkin? Khususnya yang
berada di pulau Jawa bagian timur. Mungkin kata ini sudah tidak asing karena
sangking seringnya kata ini keluar masuk di telinga anda. Mulai dari orang
dewasa, remaja, di pasar, terminal, bahkan anak - anak pun sudah mengenal dan menggunakan
kata ini disetiap percakapannya.
Sebenernya filosofi dari kata ini berasal dari kebudayaan suku Jawa,
yang memiliki bahasa daerahnya sendiri yaitu dalam bahasa Jawa. Sedangkan
menurut bahasa Jawa, jancok berasal dari kata njaluk dan diancuk yang
berarti minta disetubuhi
(uncensored). Memang arti dari karta ini sebenarnya sungguh hina sekali jika
diucapkan. Namun kata jancok sudah
mendarah daging disetiap para warga suku Jawa, terutama pada para remajanya.
Ada banyak varian
kata jancok, semisal jancuk, dancuk, dancok, damput, dampot, diancuk, diamput,
diampot, diancok, mbokne ancuk (=motherfucker), jangkrik, jambu, jancik,
hancurit, hancik, hancuk, hancok, dll. Kata jangkrik, jambu adalah salah satu
contoh bentuk kata yang lebih halus dari kata jancok.
Namun tidak semua kata jancok dalam
sehari - hari diartikan sebagai hinaan. Kata jancok itu sendiri sudah seperti kata imbuhan tersendiri dalam
setiap ucapan. Jadi ibaratkan makan
lalapan tanpa sambal, kurang pas kan jadinya. Kata jancok atau cok selalu
ada disetiap kalimat yang mereka ucapan namun orang yang diajak bicara pun tak
pernah marah akibat dari terlontarnya kata ini karena mereka sama - sama
mengerti bahwa imbuhan cok atau jancok disini sebagai kata pengakraban
saja. Misalnya, "Yoopo kabarmu, cuk",
"Jancok sik urip ae koen, cuk?". Serta orang yang diajak bicara
tersebut seharusnya tidak marah, karena percakapan tersebut diselingi dengan
canda tawa penuh keakraban dan berjabat tangan dong. Jadi jika mereka sudah saling karab maka kata
ini pasati sudah terbiasa saling mereka ucapkan. Namun jangan sampai kata ini
terucap pada orang yang belum sama sekali akrab dengan kita, urusannya sih bisa panjang. Seperti contoh
penggunaan kata jancok dikehidupan
sehari - hari para remaja
A : Teko ndi ae kon, cok? (dari mana saja
kamu, cok?)
B : Jasik, iki lo kudanan aku cok ning dalan. (jasik,
ini lo aku kehujanan cok dijalan)
A : Hahaha, teko ndi ae bekne kon cok sampek
kudanan? (Hahaha, darimana saja kamu cok kok
sampek kehujanan?)
sampek kehujanan?)
B : biasa lah koyok ndak ero arek enom ae kon
cok. (biasalah kaya gak tau anak muda aja kamu cok)
Kata jancok juga bisa menjadi kata penegasan keheranan atau komentar
terhadap satu hal. Misalnya "Jancok! Ayune arek wedok iku, cuk!",
"Jancuk ayune, rek!", "Jancuk eleke, rek", dll. Kalimat
tersebut cocok dipakai bila melihat sesosok wanita cantik yang tiba-tiba
melintas dihadapan.
Kata jancok atau biasanya
hanya cok ini sudah seperti sapaan
akrab. Mereka (para penggunanya, red) sudah terbiasa menyapa semua akrabnya
dengan imbuhan ini. Namun yang disapa juga tak pernah merasa tersinggung karena
mereka saling mengerti satu sama lain tentang penggunaan kata ini. Namun kata
ini juga bisa menjadi sebuah bencana dan menjadi awal mula “pertempuran” jika
kata ini digunakan di salah orang.
Dan memang, kata ini sangat enak diucapkan, sampai
sampai saya ketagihan mengucapkan kata ini, walaupun arti yang saya tekankan
bukanlah arti kotor, tapi hanya sekedar kata pemanggilan saja, dan ternyata di
pergaulan sekolah saya kata itu sudah biasa. Jadi
jangan sekali - kali menggunakan kata yang ‘sok akrab’ ini kepada orang yang
memang kita yakini belum sepenuhnya akrab dengan kita. So, be careful to use it, cok!
No comments:
Post a Comment